News

.: Selamat datang di blognya ANDRI AFRIYANTO .:. Dokumentasi Online Lika - Liku Kehidupan Seorang Andri .:. Semangat menjalani hari di bulan kedua di tahun 2011 .:. Apa yang tampak indah, belum tentu baik, tapi apa yang tampak baik, pasti indah .:. Jangan lupa komen dan napak tilasnya :.

Kamis, Januari 27, 2011

Aku takut membuatmu "sakit"



Usai mengisi perut sambil menonton televisi, ku beranjak dari ruang keluarga. Seraya berfikir sejenak di perjalanan dari tempat ku menonton tv menuju kamarku. Menyusuri lorong ruang waktu, seperti itulah ku gambarkan jalanan yang tidak terlalu terang kala sore itu. Di sebelah kiri dan kananku menjulang dinding kokoh. Di sebelah kiri nampak dinding yang belum di cat, sedangkan di kananku, tembok hijau di hiasi dengan foto dan pajangan yang dimaksudkan agar dinding kuno tersebut nampak bewarna dan hidup dengan pancangan paku dan bingkai foto. Di tengahnya, tergantung kuat tanduk rusa yang umurnya lebih tua dari ku.

Menyibak tirai merah jadul dengan motif lurik - lurik yang "bahola" tersebut, seakan menambah suasana rumah peninggalan bapakku, nampak tua namun menyenangkan. Ku belok ke kiri, seraya memegang daun pintu. Memasuki kamar yang berlantai karpet plastik di sebelah selatan, dan di sebelah utara karpet kain warna abu - abu yang cukup tebal namun berdebu. Sementara, di sebelah kananku ketika aku mulai memasuki istana ku dikala merebahkan badan, terdapat meja belajar yang mulai reyot. Seakan menambah nilai tua rumah ini. Di atasnya tumpukkan buku yang aku partisi menjadi 4 bagian, menambah kesan akan meja yang bentar lagi roboh. Yah..rasanya eman - eman jika harus menjual buku - buku jendela ilmu tersebut. Mulai dari buku ketika aku masih duduk di kelas 1 SMK hingga aku lulus , masih ku pajang di atas meja yang aku lapisi kertas hitam. Yang namanya ilmu kok di jual, walaupun diloakin juga laku, namun rasanya hati ini tak rela jika hasil perjuanganku menimba ilmu yang aku goreskan di buku tulis dan buku - buku, artikel, serta buku paket lainnya tersebut, harus dijual.

Ku jatuhkan badan ini seakan sudah berhari - hari kerja tanpa istirahat. Rasanya beban di punggung tak tertahankan lagi untuk sejenak membaringkannya, melepas kepenatan, melemaskan otot - otot. Akhirnya, di atas karpet abu - abu tinggalan Kakak ku tersebut, jadi kasur paling nyaman sore itu. Apa lagi setelah perut lumayan kenyang akan masakan spesial Ibu tercintaku, membuat ingin berlama - lama dan bersantai sejenak, hingga mata ngantuk. Ku ambil mobile phone pemberian Kakak ku juga, ya..yang penting fungsinya, bisa buat kirim dan balas SMS , telpon, dan tak perlu fasilitas mewah lainnya. "Nrima ing pandum", begitulah pepatah jawa yang adiluhung tersebut. Yang namanya pemberian, ya harus diterima apa adanya.

Menulis pesan akan ku kirim kepada sesorang yang akhir - akhir ini menyibukkan "duniaku" serta sedikit mencuri hatiku. Mencoba untuk meminta kepastian akan pertanyaan yang pernah aku utarakan kepadanya, di Desember 2010 lalu. Hingga sore itu, jawaban darinya belum aku terima juga. Mengiriminya pesan singkat, ku coba untuk merangkai kata. Walaupun aku bukan pujangga yang pandai merangkai kata (kaya lagu , hehehe), namun ku usahakan agar apa maksud dari pesan tersebut bisa lebih bermakna, berharap akan tau jawaban darinya, serta sedikit menasihati dengan sindiran - sindaran ala saya.

Intinya ya meminta kepastian dan jawaban darinya. Setelah kurang lebih 1 bulan tak jelas mengenai apa dan mau dibawa kemana "cintaku". Dan dia hanya bilang, "..ia, ia ia, maaf". Permohonan maaf, ok lah, aku terima. Tapi, cukupkah hanya dengan maaf , aku dapatkan jawaban darinya? Akhirnya, ku putuskan untuk menghubungi dia. Dengan mental yang sudah aku rancang jauh hari sebelumnya, ku beranikan untuk menanyakan langsung demi mendengar apa jawabannya.

Mungkin aku memang punya cara tersendiri untuk mengutarakan apa yang tengah bergejolak di relung hatiku ini kepadanya. Dan aku akan menjelaskan kepadanya setelah dia menjawab pertanyaanku tahun lalu. Tentunya itu adalah rahasia tentang saya, dan akan saya publikasikan hanya kepada wanita yang telah ditakdirkan untuk ku. hahaaha..Amin dah.

Dengan diawali kata maaf lagi, dia bilang bahwa tak bisa menerimaku karena takut menyakitiku. " Aku takut membuat mu sakit hati"..itulah alibinya. Padahal memulai merajut dan membangun kisah cinta aja belum, dia dah berkata bahwa dia takut untuk menyakiti perasaanku. Aku dah puas dengan jawaban itu. Kekecewaanku tak begitu kuat ku rasa, karena memang aku sudah siap dengan semua jawaban dan keputusannya.

Yah, sebelumnya dia menawari ku kalau , aku jadi Kakaknya aja gimana. Ya, tak ditawari olehnya pun aku juga tau dan sadar, aku ini memang Kakaknya, kakak kelasnya lebih tepatnya. Namun, aku ingin lebih dari itu. Aku hanya berfikir , bahwa dia belum jodohku.

Terimakasih telah sedikit memberi warna akhir - akhir ini.

Tidak ada komentar: